Rabu, 18 November 2009

Kehendak Cinta

بسم الله الرحمن الحيم

Sudah menjadi tabi'at manusia, adalah mencintai keselamatan diri, harta, keturunan, keluarga, dan kawan kerabatnya, ini merupakan insting seseorang yang takan berobah berdasarkan hukum sunnatullah, Allah berfirman:
ولن تجد لسنة الله تبديلا
"Kamu sekali kali tidak akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu" (al fath: 23).

Saudaraku... kecenderungan menjaga keselamatan anggota badan merupakan sesuatu yang dicintai dan dicari, karena keutuhan yang sempurna ada pada keselamatan itu.

Begitu juga dengan harta, merupakan sesuatu yang dicintai dan dicari, bukan karena hartanya tapi fungsinya dalam menopang keberlangsungan hidup.

Saudaraku... cinta pada sesuatu bisa disebabkan oleh ketertarikan dalam mendapatkan bagian dari yang dicintai, seperti mencintai keselamatan diri dan mencintai harta, adalah karena keinginan untuk mendapatkannya sebagai sesuatu yang dimiliki dalam menjaga keberlangsungan hidup, tapi adakalanya sesuatu yang kita cintai mempunyai kekuatan daya tarik pada dzatnya, seperti kecintaan kita pada keindahan sungai yang jernih alirannya, pemandangan hijau nan asri, bukanlah karena keinginan untuk mengambil bagian dan mempergunakannya tapi kecintaan itu lahir pada murninya keindahan.

Saudaraku... begitu juga kecintaan kita pada Allah, bukan untuk mendapatkan bagian dari-Nya tapi murni karena keindahan berupa kesempurnaan sifat dalam asma-Nya, kekuasaan dalam ciptaan-Nya, kelembutan dalam karunia-Nya, Rosulullah bersabda:
ان الله جميل و يحب الجمال
"sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai sesuatu yang indah" (shohih muslim, hadits Ibnu Mas'ud).

Saudaraku... semakin banyak kadar cintamu kepada Allah maka akan semakin terasingkan cintamu pada keindahan dunia, begitu juga sebaliknya, semakin banyak kadar cintamu pada keindahan dunia, maka akan semakin mengecil volume cintamu pada-Nya, Allah berfirman:
ما جعل الله لرجل من قلبين في
جوفه
"Allah sekali kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya" (al ahzab: 4)


Saudaraku... jika hatimu terpenuhi cinta pada Allah, maka keindahan dan urusan dunia takkan menyibukkan atau memalingkan dirimu dari cinta-Nya, firman Allah:
قل الله ثم ذرهم في حوضهم يلعبون
"katakanlah (ya Muhammad) Allah-lah (yang menurunkannya) kemudian biarkanlah mereka bermain main dalam kesesatannya" (al an'am: 91).

Saudaraku... dari tela'ah yang sederhana di atas, dapat kita simpulkan bahwa keabadian dan keindahan adalah sesuatu yang dicintai dan dicari oleh setiap insan, namun walau demikian banyak dari kita tidak memperhatikan hakikat cinta yang dapat membawa kita pada keindahan yang abadi, mengapa bisa terjadi seperti demikian? Jawabnya, karena kita tidak mengenal dan belum mencintai Tuhan, tidaklah orang yang mengenal dan mencintai Tuhan akan melakukan sesuatu yang dapat menjauhkannya dari keindahan abadi di sisi-Nya.

Saudaraku... Mari kenali Tuhan kita, agar kita tahu bahwa keindahan syari'at islam, keindahan alam ciptaan, merupakan keindahan yang Allah ciptakan sebagai jembatan kita sampai pada keindahan yang hakiki dan abadi, jadikan diri kita salah seorang yang mendapat panggilan-Nya:
"dan diserukan pada mereka, itulah syorga yang diwariskan kepadamu disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan" (al a'rof: 43). Dan mari menjadi hamba yang masuk pada firman Allah dalam hadits qudsi, sabda Rosulullah: "telah Aku sediakan bagi hamba hamba-Ku yang soleh sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas pada hati manusia". (shohih bukhori, dari hadits Abu Hurairoh).

Saudaraku... apa yang masih kita tunggu? Sungguh kematian tidak dapat kau prediksi, mari segera pergunakan cinta pada tempat dan porsinya. Wallahu muwafiq ilaa aqwaami toriq, wallahu a'lam bishawab.

Note:
Artikel ini diangkat sebagai jawaban dari anggota group yang mempertanyakan "bagaimana seharusnya kita menaruh cinta", semoga bermanfa'at, dan mohon sabar bagi yang belum terjawab pertanyaannya, surat pertanyaan dari anggota masih numpuk tuh.. 1500 lebih saudara kita yang sudah gabung..Ok keep smile ya?

Senin, 16 November 2009

Dapatkan Do'a Dari Nabi Muhammad SAW

بسم الله الرحمن الرحيم

Saudaraku... Memohon do'a kepada sesama muslim merupakan perbuatan terpuji, karena ini yang telah di contohkan oleh Rosulullah SAW, sahabat Umar Bin khotob berkata: "aku meminta izin kepada rosulullah untuk Umroh dan beliau mengizinkanku, beliau besabda: jangan lupakan kami dalam do'amu wahai saudaraku.."( HR: Abu Daud Dan Tirmidzi)

saudaraku... betapa do'a telah menjadi ikatan yang kuat dalam pribadi muslim dalam mencari taufiq dan keridhoan Allah, siapa diantara kita yang tidak mau untuk meminta do'a dari sesama maka secara tidak langsung telah bersikap sombong dan angkuh dengan kebodohannya.

Saudaraku... tahukah engkau bahwa kita bisa mendapatkan doa dari Nabi Muhammad SAW setiap sa'at? Jika kepada sesama muslim kita dianjurkan untuk meminta do'a bagaimana kita tidak lakukan kepada Nabi? sabda Nabi: "ketika seseorang mengucapkan salam (shalawat) kepadaku sesudah aku tiada, maka malaikat jibril menyampaikannya kepadaku, berkata Jibril: hai Muhammad inilah salam dari fulan bin fulan, lalu beliau menjawab: Semoga juga keselamatan (rahmat dan berkah dari Allah) terlimpahkan atasnya."

Saudaraku... apa yang masih menghalangimu dari berucap salam dan shalawat kepada Nabi setelah ini adalah kesombongan yang disaksikan Tuhan, bagaimana engkau berharap ridho-Nya sedangkan dirimu berjubahkan sifat yang hanya dikhususkan bagi Tuhan? Semoga kita termasuk hamba Allah yang mendapat taufiq-Nya dalam cinta berucap shalawat dan salam kepada Nabi Junjungan SAW.

Hikmah Ilmu Yang Disembunyikan

بسم الله الرحمن الرحيم

Sungguh fadlu rabbi (karunia Tuhan) atas seorang hamba sangat luas dan tidak terbatas, betapa sempit akal ini untuk dapat mengkaji dan menampungnya, betapa kotor hati ini untuk menyimpan pemahaman dan hikmah dari rahasia rahasia-Nya, sehingga tak jarang pengingkaran dan fitnah menjadi reflek dari orang awwam terhadap kebesaran dan keagungan Tuhan yang dititipkan kepada hamba hamba kesayangan-Nya.


Saudaraku yang budiman, bukan sifat dan sikap seorang muslim mengatakan sesuatu dengan penuh keleluasaan terhadap objek tanpa ilmu dan adab, bukankah kita tahu setiap ilmu mempunyai tolak ukur kebenarannya? Dan setiap kebenaran ada hakikatnya? Dan setiap hakikat ada perwujudannya? Dan wujud dari hakikat tidak pantas untuk di ungkapkan.
Berkata Imam Ghazali: "tidaklah pantas kalian mendalami hakikatnya ilmu secara detil dengan orang awwam, tapi cukupkanlah pembahasan dengan orang awam terhadap pembelajaran ibadah dan pembelajaran amanah dalam pengamalan dan penuhi hati mereka dengan kecintaan terhadp syorga dan pelarian dari neraka sebagaimana yang dikatakan oleh Al quran "
Rosulullah bersabda:
عن ابي هريرة رضي الله عنه قال: حفظت من رسول الله وعائين من العلم: فاما أحدهما فبثثته واما الاخر فلو بثثته لقطع هذا البلعوم @اخرجه البخاري : ١٢٠@ا
diriwayatkan dari Abu Hurairoh - semoga Allah meridhoinya- berkata: "saya menjaga (melestarikan) dua wadah ilmu dari Rosulullah, adapun salah satu dari keduanya telah aku sebarkan dan yang lain bila aku sebarkan sungguh akan terputuslah tenggorokan ini"


Hikmah yang dapat dipetik dari al haddadiyyah: "hendaklah seorang yang aalim billah pembicaraannya terhadap orang awam mencakup seputar 3 perkara:
1- Mengingatkan atas ni'mat Tuhan
2- Menetapi keta'atan
3- Menjauhi larangan (maksiyat)
Dan setiap orang alim yang keluar pembicaraannya dari 3 perkara di atas kepada manusia awam, maka pantaslah bagi dia untuk menyandang gelar juru fitnah.
ما انت بمحدث قوما حديثا لا تبلغه عقولهم الا كان لبعضهم فتنة @اخرج مسلم :١ :٧٦@ا
(في شرح النووي)
"tidaklah anda berkata kepada orang yang tidak sampai akalnya terhadap pembicaraan anda, kecuali akan menjadi fitnah bagi sebagian mereka"


Saudaraku.. ketika kita mendapati kitab kajian para ahlullah janganlah serta merta mendeskriditkan dengan ucapan kotor dan tuduhan yang menghinakan, seperti telah kita telaah diatas bahwa khitob (objek) dari ucapan itu disesuaikan dengan mukhotobnya (orang yang dikenai objek pembicaraan) sehingga terhindar dari fitnah dan syubhat.


Saudaraku.. Jangan terpancing dengan kekaromatan seorang ulama, sehingga kita sadar diri bahwa ilmu dan akal kita terbatas untuk menyibak hikmah dari agungnya pancaran kebesaran Tuhan, apakah kita merasa sebagai mukhotobah dari setiap ucapan dan kejadian yang Allah tetapkan pada kekasih kekasihNya? sungguh kita bukanlah orang yang mampu memahami rahasia rahasia Tuhan. sebagaimana ibarat yang dijelaskan oleh Abu Hurairoh - semoga Allah meridhoinya- takan menyebarkan pada khalayak ramai tentang rahasia ilmu dari Rosulullah, yang apabila disebarkan maka akan binasalah manusia keseluruhan, dan beliau menyebarkan apa yang menjadi tuntutan syari'at kepada umat, lalu untuk apa Rosulullah memberikan Ilmu kepada Abu Hurairoh yang tidak dapat disebarkannya? Jawabannya adalah karena Abu Hurairoh pantas menjadi khitob dari ilmu Rosulullah itu yang harus slalu dijaga dari orang awam, dan hanya patut untuk orang yang selevel dengan beliau. Wallah muwafiq ilaa aqwami toriq wallahu a'lam bi shawab.

Note:
Tulisan ini dengan berat hati saya postingkan, melihat keadaan umat masa kini yang semakin tak terkendali dari ucapan serta perbuatan dengan kedangkalan ilmu serta ketiadaan adab menyoal hakikat ilmu yang tak patut diwujudkan, semoga kita dapat berbaik sangka pada ualama dan slalu menjadi hamba-Nya yang penuh adab tatakrama. Amien...

Manisnya Iman

النظرة سهم مسموم من سهام ابليس فمن تركها
خوفا من الله تعالي اعطاه الله تعالي ا يمانا يجد حلا وته في قلبه / متفق عليه من حديث اسامة بن زيد
"Pandangan merupakan busur yang beracun dari sekian banyak busur iblis, maka barang siapa meninggalkannya karena takut kepada Allah maka Allah akan menganugrahkan iman yang yang dapat ia rasakan manisnya di dalam hatinya"

Memahami Perbedaan Adalah Kunci Kebaikan

بسم الله الرحمن الرحيم

Saudaraku... perjalanan hidup yang penuh dinamika ini adalah kenyataan yang tetap akan menemani kita dalam beroleh kebaikan dalam segala halnya, dan kebaikan tidak akan pernah bersarang dalam pribadi kita kecuali dengan pengetahuan yang ada, pengetahuan dalam dua sisi baik yang positif atau yang negatif.

Saudaraku... mengetahui perbedaan antara perkataan yang bohong dan perkataan yang benar merupakan kunci untuk anda dapat selalu berkata jujur dan benar.

Mengetahui perbedaan antara kebathilan dan kebenaran dalam keyakinan (i'tiqod) adalah kunci untuk beri'tiqod dengan keyakinan yang benar.

Mengetahui perbedaan antara kejelekan dan kebaikan dalam perbuatan adalah kunci untuk slalu dapat berbuat baik dan santun.

Saudaraku... bukankah telah nyata dalam kehidupan ini pengaruh dari dua sisi perkara yang bertolak belakang itu? dan sungguh hati akan cenderung pada kebaikan yang ada, tapi sering nafsu mengalahkan hati kita.

Saudaraku... semua itu merupakan kekuatan ilmu yang Allah sematkan dalam hati kita, sehingga apabila kekuatan ilmu menjadi kuat dalam hati kita maka akan melahirkan hikmah yang menjadi pokok kebaikan akhlak budi pekerti, sebagaimana firman Allah dalam surat albaqoroh : 269 :
يؤت الحكمة من يشاء ومن يؤت الحكمة فقد اتي خيرا كثيرا وما يذ كر الا اولوا الالباب
"Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang alquran dan as sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar benar telah dianugrahi karunia yang banyak, dan hanya orang orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Saudaraku... sebodoh bodohnya seorang hamba pasti dapat menilai bahwa kebaikan selalu membawa pengaruh pada maslahat sesama, dan kejelekan slalu membawa pribadi pada kehinaan yang membelakangi akhlak, lalu apa yang kalian tunggu dari meraih kebaikan itu? Mari sedikit demi sedikit kita mencoba untuk kembali pada uswah hasanah pribadi Rosulullah SAW dengan pengetahuan yang benar, semoga Allah meridhoi langkah kita dalam perbaikan. Wallahu muwafiq ilaa aqwaami attoriiq.. Wallahu a'lam bishawab.

Note: disadur dari ihya uluumiddin.
"ketika anda tidak dapat banyak berbagi kebaikan terhadap umat, maka ajaklah orang dalam kebaikan yang anda ketahui" silahkan invite teman dan saudara di: http://www.facebook.com/group.php?gid=149472972654

Muroqobah Dalam Muhasabah

بسم الله الرحمن الرحيم

Sungguh kusaksikan kekejian dan kehinaan dalam dunia maya bagi orang yang menghendaki akhirat...

Mereka yang melakukan koreksi pada ulama dengan analisa lisannya tanpa perhatikan adab...

Merupakan kebodohan yang teramat sangat bagi pelaku jidal yang tidak berasaskan pada syari'at...

Berbicaralah sekehendakmu jika kau tidak malu pada DzatNya Yang Maha Melihat...

Beratnya timbangan pada hri kiamat tergantung ittiba'nya hamba pada kebaikan di dunia untuk akhirat...

Dan ringannya timbangan pada hari kiamat karna ittiba'nya hamba pada kebatilan di dunia mengikuti syahwat.
Itulah yang diwasiatkan oleh Abu Bakar As sidik seorang sahabat...

Wahai saudaraku yang berharap Rahmat, hendaklah kita selalu muroqobah dalam muhasabah untuk untuk kebahagiaan dikampung akhirat yang penuh kemuliaan dan ni'mat.

Solusi Shalat Dengan Khusyu

بسم الله الرحمن الحيم

Saudaraku... tidaklah ada amalan yang lebih menjadi penentu bagi keselataman dunia dan akhirat kita dari ibadah shalat, maka berbahagialah bagi orang yang disibukkan dalam memperbaiki shalatnya.

Saudaraku... segala perkara yang menjadi keinginan kita bisa diperoleh dengan melakukan sebab-sebab perkara itu, dan mengetahui "sebab" merupakan pintu solusi stiap masalah dalam hidup kita.

Saudaraku... mengetahui "sebab" adalah kunci sukses bagi semua harapan, anda ingin kaya? Ketahuilah sebabnya, anda ingin pintar? Ketahuilah sebabnya. Anda ingin bahagia? Ketahuilah sebabnya.

Begitu juga dengan shalat kita, ketika banyak masalah yang membuat shalat kita tidak khusyu', maka ketahuilah sebabnya, dan putuskannlah sebab2 yang membuat shalat kita tidak sempurna.

Saudaraku... ingatlah selalu bahwa tempat yang Allah lihat dalam diri kita adalah hati, jadi bagaimana badan dan anggauta tubuh kita melakukan ketha'atan beribadah sedangkan hati mengembara jauh dalam alam khayalnya? maka tidak lebih shalat yang kita lakukan dari sekedar olah raga fisik jika beitu.

Saudaraku... mari kita cermati bahwa ada dua sebab yang sering menimpa seseorang dalam shalatnya hingga mengusir kekhusyu'annya, yang pertama adalah sebab dzohiriah seperti, segala yang didengar dan sesuatu yang dilihat, pendengaran dan penglihatan dalam shalat akan membuat fikiran kita bekerja dan disibukan karnanya, dan obat untuk ini adalah dengan menguatkan niat serta mempertinggi himmah (kemauan) menjumpai Tuhan, sehingga pikiran dapat dikuasai oleh niat dan himmah itu.
Yang kedua adalah sebab batiniah, dan ini lebih dahsyat pengaruhnya dalam memalingkan hati dari khusyu', sebab batiniah ini seperti bercabangnya niat pada keinginan dunia, dan cara menyikapinya adalah dengan memaksakan diri untuk fahami dan resapi setiap bacaan di dalam shalat, serta menyibukkannya dengan pekerjaan tersebut hingga hati tidak terpengaruh dengan alam fikirannya.

Saudaraku... pada suatu ketika Rosulullah melihat seseorang yang shalat bermain main dengan jenggotnya, bliau bersabda: "sungguh apabila dia khusyu hatinya maka akan khusyu juga anggauta tubuhnya" karena hukum hati ada pada hukum jawahir (nggauta luar), bagaimana dengan umat zaman ini? Khususnya di makkah (bangsa arab)banyak sekali orang shalat dengan gerakan gerakan yang tidak penting, melihat sms, menyetting hp agar silent (karna kebetulan berdering wktu shalat), merapihkan qutroh (sorban yang dipakai menutupi kepala), merapikan gamis berkali kali, sungguh bukan begitu shalat yang di ajarkan oleh Rosulullah SAW.

Saudaraku... dengan pembahasan ringkas ini semoga kita dapat shalat dengan khusyu amien..Wallahu a'lam bishawab wahuwa almuwafiq ilaa aqwaami toriiq.

Note:
Artikel ini dipetik dari kitab Masthuurul ifadah bimaa yu'iinu 'ala alhudhuuri fil 'ibaadah. Al imam Al allaamah Al faqiih al zaahid Jamaluddin Bin Muhammad Bin Husain Bin Ibrahim Al aslaafi.

Devinisi Tashawwuf

Imam Ghazali berkata: "tasawwuf memiliki dua perantara: istiqomah dengan Allah dan ketenangan bersama manusia, barang siapa istiqomah dengan Allah serta membaguskan akhlak dengan manusia dan bermuamalah penuh kelembutan, dialah sufi, istiqomah dengan Allah berarti menebus kebahagiaan dirinya untuk orang lain, dan berbaik budi pekerti pada manusia berarti tidak membebani manusia dengan keinginan keinginan kita tapi sebaliknya membebani diri sendiri dengan hajat orang lain sejauh tidak menyalahi syari'at".

Habib Abdullah Bin Alawi Alhaddad dalam kitabnya tasbitul fuad mengatakan: "jalannya tasawwuf itu satu (walau terbilang banyak) yaitu: melawan kehendak nafsu dan keluar dari setiap perkara yang mengundang kehendak nafsu, dan ini merupakan perkara yang tidak mudah.


Masih perkataannya beliau: "tasawwuf adalah cara untuk keluar dari akhlak yang jelek dan menuju akhlak yang baik, seorang sufi adalah orang yang bersih hatinya dari segala kotoran, dan penuh dengan ta'bir, cukuplah allah saja baginya, dan baginya sama saja antara emas dan tanah.

Di dalam kitab majmu' dikatakan: "orang yang bersih perbuatan, perkataan, niat dan akhlaknya dari keburukan sifat riya, selamat dari segala sesuatu yang dapat memancing murka Allah, tunduk bathin dan dzohirnya pada ta'at kepada Allah dengan berpaling dari selain Allah, memutuskan perkara yang dapat menyibukkan dirinya dari taat kepada Allah seperti keluarga, harta, syahwat, kelebihan dan hawa nafsu, yang semua itu dibarengi dengan ilmu dan ittiba pada alquran dan alhadits serta petunjuk salafu soleh, inilah yang disebut dengan sufi.


Berkata Sayyid Ali Bin Hasan Al attas: "hakikat tasawwuf ada pada dua perkara, keselamatan hati dan kebaikan budi pekerti, tidaklah awliya mendapatkan anugrah yang mulia dengan banyaknya shalat dan puasa tapi dengan bersihnya hati dan lembutnya budi pekerti.


Berkata Syaikh Al imam As suhrowardi: "tasawwuf permulaannya adalah ilmu, pertengahannya adalah amal dan akhirannya adalah anugrah. Dengan ilmu terbukanya setiap maksud, dengan amal membantu atas usaha untuk mendapatkannya, dengan anugrah mengantar pada tujuan akhir".


Perkataan para Imam dan aarifin: "tasawwuf adalah Ilmu perbuatan, bukan ilmu perkataan, yaitu berhiasnya seseorang dengan keluhuran akhlak yang dicontohkan oleh sunnah Nabi, oleh karena itu dikatakan bahwa orang yang menjalankan tasawwuf adalah orang yang meniti setiap kebaikan akhlak budi pekerti serta meninggalkan keburukan adab dalam pribadi.

Wasiat Khulafaa'urrosyidin

Wasiat Abu Bakar:
ya umar, takutlah engkau kepada Allah ketika harus memimpin manusi.
Allah memiliki amalan malam yang tdak diterima diwaktu siang.
Allah memiliki amalan siang yang tdak diterima diwaktu malam.
Beratnya timbangan pada hri kiamat tergantung ittibanya pada kbaidan di dunia.
Ringannya timbangan pada hari kiamat karna ittibanya pada kebatilan di dunia.

Umar bin khottob:
6 perkara..
1.Apabila kau ingin mencela maka celalah dirimu, karna kau lebih tahu aib dirimu dari pada aib org lain.
2.Apabila ingin memuji, maka pujilah Allah.
3.Apabila ingin meninggalkan perkara, maka tinggalkanlah dunia. Dengan demian kau terpuji jika kau terhina.
4.Apabila ingin bersiap2, maka bersiaplah untuk mati.
5.Apabila ingin meminta, maka mintalah akhirat.

Usman bin affan:
wasiat haliah, malam ibadah siang puasa.


Ali bin abi tholib:
hati itu tempat pengingat, yang terbaik adalah yang paling kuat ingatannya.
Maka ingatlah nasehatku. Manusia ada 3:
1.alimun rabbani
2.mutaallimun ala sabili najah
3.hamajun ri'aa'un

1.ilmu lebih baik dari harta ilmu menjagamu dan harta kau yang menjaga.

2.Ilmu membawa orang alim pada taat
dan pencinta harta akan musnah bersama hartanya.

3.Ilmu itu hakim dan harta itu yang dihakimi.

4.Binasanya pemilik harta walau masih hdup, dan ulama hidup sepanjang masa walau telah tiada.

Hak Dan Kewajiban Bagi Waliyyullah

Berkata Sayyid Al imam Al ghauts Abul Abbas Ahmad Bin Idris As syariful idris Al hasani Rahimahullah "Demi Allah, janganlah engkau menghina atau menyakiti seorang muslim, karena bisa jadi dia adalah termasuk wali Allah dan kamu tidak menyadarinya, hingga engkau masuk dalam murka Allah "
Betapa tinggi hikmah dari nasehat beliau hingga wajar saja dimasa hidupnya beliau dijadikan sandaran bagi ulama ulama zamanya, beliau terkenal dengan kehebatannya dalam mentahqiq (nyatakan kebenaran: pent) keilmuan seseorang dengan derajat kewaliannya.
Di dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman: " (من عادي لي وليا فقد اذنته بالحرب)barang siapa yang memusuhi waliku sungguh telah Ku umumkan peperangan dengannya". Inilah derajat para wali wali Allah yang bila ia disakiti oleh ummat tidak akan meminta pembalasan kepada Allah, tapi Allah sendiri yang akan menjadi penolongnya, maka kita berlindung kepada Allah dari memusuhi wali wali'Nya.
Berkata Abu Abas Ahmad Bin Umar Al mursi (beliau adalah seorang wali besar, pewaris keilmuannya Abu Al hasan As syadzili): "saya mengamati keadaan suatu kaum, dan tidaklah saya melihat seorang pun yang mengingkari kewalian dari mereka kecuali meninggal dalam keadaan yang tidak baik "(kitab lathoif al minan)
Berkata As syaikh Al arif billah Husain Bin Abdillah Ba fadhol rahimahullah, (beliau adalah pengarang kitab Al fushulu Al fathiyyah pembahasan dalam ilmu tasawuf): "orang yang mengingkari kewalian seorang wali berarti mati hatinya, kurang akalnya, tidak mempunyai keridhoan, dialah orang pandir dan bodoh yang tertipu, jumud, pelaku bid'ah dan buta pengetahuan, orang yang tertutup mata hatinya, yang terkena fitnah, yang rusak, yang hina di sisi Allah dan dihadapan manusia, tidaklah dapat diterima perkataannya, dan dia akan meninggal dunia tanpa membawa islam dan ditimpa musibah dengan kesempitan dan kemiskinan di dunia (Sungguh siksa akhirat itu lebih pedih dan kekal) mestilah dia orang yang tidak wara' dan tidak bertakwa, bahkan tidak islam dan iman, jikapun dia berprilaku layaknya orang muslim yang beriman sesungguhnya itu hanya Dzohirnya saja, terbukti karena dia tidak memiliki akhlak budi pekerti" (kitab Al qirthos)
Dan masih banyak lagi riwayat dari berbagai sumber yang teriwayatkan di dalam kitab kitab karangan para ulama salaf ataupun kholaf, tentang kehinaan dalam mengingkari atau memusuhi wali wali Allah. Ibnu Athaa' rahimahullah berkata: "apabila ada yang mengatakan: tidak semua terbukti orang yang mengingkari atau memusuhi wali Allah akan mendapat musibah serta pembalasan terbukti dengan beberapa kenyataan yang ada. Beliau menjawab: maka sesungguhnya ia telah ditimpa musibah dengan sesuatu yang lebih pedih dari pada musibah yang terlihat..." Di takhrij oleh imam At turmudzi (2396) dan Al hakim (juz 4: hal 608) diriwayatkan oleh anas rahimahullah "jika Allah menghendaki kejelekan seorang hamba, maka Allah akan menahannya dari siksa atau musibah di dunia dan pada hari kiamat dia akan datang dengan menanggung dosa dosanya".
Demikianlah betapa banyak riwayat dan dalil dalil dalam membahas kehurmatan (kemuliaan) dalam menjaga hak hak wali Allah, namun saya membatasi diri dari penyebutan karomah para waliyullah untuk menghindari fitnah ummat yang dangkal pemahaman agamanya, karena itu semua merupakan khoriqul 'adath (menyalahi kebiasaan) pada umumnya, dan itu merupakan bab pembahasannya ulama akhirat (pembahasan pergerakan hati: pent) sedangkan yang saya kehendaki disini adalah bab pembahasannya ulama fiqih, dzohirul ibadah tentang bagaimana adab dan akhlaq kita menyikapi keberadaan para waliyullah ini.
Hubungan yang erat antara hak dan kewajiban kita kepada wali wali Allah, ketika mereka dengan manzilahnya yang mulia dan tinggi di alam malakut, kita wajib menjaga kehormatannya, begitu juga keberadaan waliyullah yang sangat dekat dengan Allah dan demi kesolehannya maka kita juga bisa mendapatkan hak untuk bertabaruk (mengambil keberkahan) kepada para wali Allah, dan ini tidaklah mukholafah li syari'ah (menyalahi syariat) justru merupakan tuntunan dari Nabi Muhammad melalui sunnahnya dan sunnah khulafaurrosyidin.
Begitu juga halnya ruqyyat / azimat dengan huruf arab merupakan sesuatu yang diperbolehkan,selama itu tidak menduakan Tuhan, lihat penjelasan kitab Faidhul Qodir juz 3 hal 192 dan tafsir Imam Qurtubi juz 10 hal 316/317 dan masih banyak lagi penjelasan dari para muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karna itu semata2 tabarruk (mengambil berkah) dari orang orang soleh dan ayat ayat alquran.
Sahabat saling berdesakan berebut air bekas wudlu beliau SAW (shahih bukhori hadids no. 186)
Penjelasan Allah pada alquran tentang kisah ya'qub dalam keadaan buta "berkata yusuf kepada kakak kakaknya, pergilah kalian dengan bajuku ini, lalu lemparkan ke wajah ayahku, maka ia akan sembuh dari butanya (qs: yusuf : 93)
untuk apa Allah menceritakan tentang baju yang dilemparkan ke wajah ayahnya(ya'qub) itu adalah agar kita memahami bahwa Allah memuliakan benda benda yang pernah bersentuhan dengan tubuh Hamba hambaNya yang soleh.
Setelah Rosul SAW wafat, asma binti abu bakar as sidiq ra menjadikan baju beliau SAW sebagai pengobatan, bila ada yang sakit maka ia mencelupkan baju rosul saw kedalam air lalu meminumkannya pada yang sakit (shahih muslim : 2069)
Sabda Rosulullah SAW "demi nama Allah atas tanah bumi kami, demi air liur sebagian dari kami, sembuhlah yang sakit dari kami, dengan izin Tuhan kami (shahih Bukhori : 5413)
Seorang sahabat meminta Rosul SAW

Kenalilah Tentara Hatimu

بسم الله الرحمن الرحيم

Sesungguhnya hati itu memiliki 3 bala tentara, yang selalu membangkitkan kehendak (irodah), yang mendorong terwujudnya keinginan (qudroh) dan pengetahuan serta kemampuan akal dalam memahami segala sesuatu (ilmu).
Itulah tadi tiga tentara hati yang pasti ada dalam diri manusia walaupun berbeda beda tingkat dan derajatnya.

Saudaraku... mari kita tela'ah peran dan fungsional tentara-tentara dalam keberadaanya di samping hati, ketahuilah selalu olehmu bahwa nafsu amarah dan syahwat yang merupakan penjelmaan dari irodah dan qudroh seseorang terkadang dapat patuh pada hati sehingga hati akan mudah menjadi motorik bagi keduanya dalam menuju perjalanan yang dikehendaki, tapi pada sa'at yang lain terkadang keduanya berontak dan durhaka pada hati sehingga keduanya menguasai dan memperhambakannya.

Allah SWT berfirman di dalam surat al jatsiah ayat 23:
افرأيت من اتخد الهه هواه واضله الله علي علم
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan? Dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya..."

Saudaraku... ketika hati sudah diperturutkan pada nafsu amarah dan syahwat maka ketika itu ilmu yang menjadi bagian dari karunia Allah tidak lagi mendapat tempat di dalam hati, dan pada waktu yang bersamaan tidak ada bedanya manusia dengan binatang, karena keduanya sama-sama mempunyai kehendak serta kemampuan untuk mewujudkan sebuah keinginan.
Tapi ketika ilmu berperan sebagai cahaya yang menerangi hati maka kedua tentara itu dapat terkontrol dan slalu di awasi dalam mewujudkan keinginan keinginannya.

Saudaraku... bila nafsu yang sering mengajak kita pada kejelekan, hendaknya bagi kita untuk slalu memeranginya dengan sungguh-sungguh, dan ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, sebagaimana telah di isyaratkan oleh Rosulullah SAW :
رجعنا من الجهاد الاصغر الي الجهاد الاكبر
"Kita baru pulang dari peperangan yang kecil (perang badar) menuju peperangan yang lebih besar (melawan nafsu)." hadits riwayat Jabir radiyallahu 'anhu, yang di takhrij oleh Imam Baihaqi dalam bab zuhud.

Saudaraku... tahukah engkau tatkala nafsu kita buta dari cahaya ilmu yang bersemayam di dalam hati, maka akan sangat membahayakan bagi keselamatan badan dan anggota dzohir kita lainnya, kaki akan tergerak menuju tempat-tempat yang dimurkai Allah, tangan akan berbuat untuk kemaksiatan kepada Allah, mata, telinga, hidung dan lisan akan terdorong pada jurang-jurang api neraka, karena nafsu di ibaratkan sebagai penunggang kuda dan badan ini sebagai kudanya, ketika penunggang kuda itu buta maka akan lebih berbahaya dari butanya seekor kuda tunggangan. Jadi Siapa mengenali tentara hati dan sifat2 hati baik yang madzmummah (tercela) atau mahmudah (terpuji) maka dia akan dapat mewujudkan keselamatan pada jalan yang ditempuhnya. Wallahu a'lam bimuroodihi.


Note:
tulisan ini dinuqil dari kitab ihya ulumiddin

Sabtu, 14 November 2009

(sambungan) Perkataan Dalam Fana Dan Perkataan Dalam Fatwa

Mari kita cermati dengan penilaian para Muhaddits "Demikian pula kita memastikan kekafiran setiap orang yang berpendapat dengan suatu pendapat yang isinya mengandung penilaian sesat terhadap Seluruh umat" (Al haafidz Al qadhi 'iyad, Al syifa 2/236) dan (Al haafidz Al nawawi, Raudhah al thalibin 8/384) dan (Al haafidz Ibnu Hajar, Fath Al baari 12/300). Dengan begitu sunnguh keji dan nyata kesalahan Al albani dalam hal ini, yang hakekatnya tuduhan tersebut akan kembali pada orang yang melafadhkan takfir.
Namun walau demikian terdapat bantahan para pengkultus Syaikh Al albani, diantaranya Ustad Abiubaidah dengan mencatat beberapa point sanggahan tentang pengkafiran warga palestina:
1. Hijrah dan jihad terus berlanjut hingga hari kiamat tiba.
2. Fatwa tersebut tidak diperuntukan kepada bangsa atau negri tertentu.
3. Nabi Muhammad sebagai Nabi yang mulia, beliau hijrah dari kota yang mulia yaitu makkah.
4. Hijrah hukumnya wajib ketika seorang muslim tidak tidak mendapat ketetapan dalam tempat tinggalnya yang penuh dengan ujian agama, dia tidak mampu menampakkan hukum hukum syar'i yang di bebankan Allah kepadanya bahkan dia khawatir terhadap cobaan yang menimpa dirinya sehingga menjadikannya murtad dari agama. Inilah inti fatwa syaikh Al albani yang sering di sembunyikan, dan dua point lagi yang senada dengan ke empat point diatas yang saya rasa tidak perlu untuk menuliskannya demi meringkas pembahasan.
Mari kita kembali menela'ah kekuatan barometer penilaian terhadap takfir yang dilakukan Syaikh Al albani, ditinjau dari pribadi masing masing antara Al haafidz Al qadhi 'iyad, Al haafidz Al nawawi, Al haafidz Ibnu Hajar, dengan Ustad Abiubaidah sangatlah tidak sepadan dalam berbagai hal, baik wilayah keilmiahannya, hafalannya, adab dan ibadahnya, seperti langit dan bumi perumpamaannya.
Akhirnya kita menyimpulkan bahwa bartabahhur (mengarungi: pent) di dalam syari'at islam haruslah dengan penuh kesungguhan dan keistiqomahan sehingga kita mampu menempatkan diri dengan penuh adab kesantunan untuk menyikapi fatwa fatwa ulama salaf maupun khalaf serta mampu membedakan perkataan hikmah yang keluar dari para awliyaullah (wali wali Allah) dalam keadaan fananya, sehingga kita terjauhkan dari sifat menghujat dan mengingkari sesuatu yang kita tidak sampai ilmunya. Wallahu a'lam.

Perkataan Dalam Fana Dan Perkataan Dalam Fatwa

Berkata Sayyid Al imam Idrus Bin Umar Al habsyi mengisahkan dari gurunya, yaitu Habib Abdullah Bin Husain Bin Tahir semoga Alloh meridhoi keduanya: "sesungguhnya perkataan seorang awliya ketika dalam keadaan fana diluar alam sadar, maka akal sehat akan mengingkari kebenarannya, kecuali guru atau mursyidnya, hendaklah kita tidak bersegera untuk menyalahkan dan menghinakannya, tapi teliti dulu pribadi orang yang berbicara, apakah nyata maqom (derajat: pent) kewalian dan kebenarannya? Apabila telah nyata kewaliannya, maka teliti lagi apakah tepat penggolongan dan penyandaran wilayah (kewalian) itu padanya ? Dan setelah benar penyandaran derajat itu padanya sekalipun mencocoki syari'ah tetap harus kita bertanya kepada ulama yang dapat melihat ilmu dzohir dan batin serta ta'wilnya yang dapat diterima oleh akal dan syari'at. (Al nahr al maurud)
Banyak hal yang tidak dapat diterima oleh seseorang ketika mendapati perkataan dari ahlullah (orang yang dekat dengan Allah) ketika dalam puncak mahabbah (cinta) dan mukasyafah (terbukanya hijab) kepada Allah SWT, sehingga tak jarang keterbatasan akal menyeret kita pada devinisi dan klaim yang keji pada sosok hamba yang suci.
Dalam bahar thawil, Habib Abdullah Bin Alwi Al haddad bersya'ir:
وسلم لاهل الله في كل مشكل * لديك لديهم واضح بالادلة
"Dan terimalah apa apa yang kau dapati dari awliyaillah meskipun sesuatu yang tidak masuk akal bagimu, tapi bagi mereka cukuplah jelas dengan dali dalil yang ada"
Abu Al hasan As syadzili (shohibu toriqoh syadziliyah) berkata: "sejak 40 tahun saya tidak terhijabi (tertutup) dari Allah" maksudnya tidaklah terdapat lagi penghalang antara beliau dengan Allah, ini menunjukan terangkatnya hijab antara seorang hamba dan Tuhannya.
Abu Al abbas Al mursi (murid pewaris keilmuannya Abu Al hasan As syadzili, beliau adalah wali besar pada zamannya): "Jika tertutup sesaat saja antara saya dan syorga adn maka tidaklah aku golongkan diriku sebagai seorang muslim"
Inilah hamba hamba Allah yang telah sampai pada puncak nikmatnya penghambaan, sehingga ibadah bukan lagi suatu beban dan kewajiban tapi telah menjadi kebutuhan dan kenikmatan, ucapan ucapan yang lahir darinya tidak lagi atas lisannya, bisa jadi bersumber dari kalamullah atau kalaam rosuulillah atau kalaam qotburrobani seperti yang telah di jelaskan oleh Al imam As sya'roni rahimahullah: " boleh jadi perkataan seorang yang arif billah dalam nadzomnya (sya'ir) atau yang lainya, itu atas perkataan Al haqqu tabaaroka wa ta'ala, dan boleh jadi atas perkataan rosulillah, juga boleh jadi atas perkataan wali qutub, dan sebagian orang menyangka bahwa itu adalah murni perkataannya, sehingga langsung mengingkarinya..."
Lalu bagaimana jika perkataan seorang mufti yang shorih (jelas: pent) dengan membawa konsekwen hukum halal dan haram? Marilah kita tela'ah dengan seksama beberapa faktor penunjang kehalalan suatu perkara dan keharamannya, Imam Syafi'i berkata: "asal hukum sesuatu adalah mubah, hingga ada nash dan dalil dalil yang mengharamkannya" ini berbeda dengan Imam Abu Hanifah, beliau berkata: "asal hukum sesuatu adalah haram sehingga datang dalil dalil yang membolehkannya" fatwa fatwa ini berkaitan dengan kebenaran yang sifatnya hipotetik, dzon dan furu'iyyah, sehingga sah sah saja adanya perbedaan didalamnya dan boleh bagi kita untuk mengikuti kebenaran fatwa yang satu tanpa mnginkari atau menyalahkan kebenaran yang lainnya. Berbeda dengan perkara aqidah, ini merupakan ideologi yang tunggal sifat kebenaran di dalamnya, tidak ada kebenaran yang majemuk dengan berbagai perbedaan satu sama lain, pilihannya hanya satu, menerima atau mengingkari, mengimani atau mendustai, berserah diri (taslim) atau menolak (kafir) sehingga konsekwensi dalam aqidah bila seseorang telah islam dan iman maka kita saksikan kebenaran itu dengan meniadakan lebel atau cap kafir terhadapnya, begitu juga sebaliknya, bila ia kafir, maka tiada lebel islam dan iman baginya.
Kontroversial diseputar takfir (pengkafiran) yang keluar dari fatwa ulama atau mufti haruslah tegas untuk dapat diteliti dengan barometer alqur'an dan hadits serta fatwa para ahli keduanya (mufassirin dan muhadditsin: pent) sehingga hal itu tidak menjadi fitnah bagi ummat.
Berkenaan dengan ini, mari kita perjelas takfir yang diucapkan Syaikh Nasiruddin Al albani dalam mengklaim Imam Al bukhori sesat dan tidak beriman karena telah melakukan ta'wil terhadap ayat 88 surah Al qashas: "tiap tiap sesuatu pasti binasa kecuali Allah". Maksud illa wajhah adalah illa mulkahu (kecuali kerajaanNya)
Ketika al albani ditanya tentang penakwilan seperti dalam shahih al bukhori tersebut, al albani mengatakan: "penakwilan seperti ini tidak akan dikatakan oleh seorang MUSLIM yang BERIMAN". Dengan begitu beliau telah menafikan (meniadakan) status kemusliman dan keimanannya Imam Al bukhori, ini merupakan takfir secara halus pada muslim lainnya.
Al albani mengeluarkan Fatwa yang isinya bahwa berkunjung kepada sanak famili pada saat hari raya termasuk bid'ah yang harus dijauhi, di saat yang lain Al albani mengeluarkan fatwa agar warga muslimin palestina keluar dari negri mereka dan mengosongkan tanah palestina. Dalam hal ini al albani memfatwakan: "warga muslim palestina harus meninggalkan negrinya ke negara lain, semua yang masih bertahan di palestina adalah kafir" (fatawa Al albani yang di himpun oleh ukhasyah Abdul Mannan hal 18).
Pertanyaan bagi ummat benarkah dan cocok kah pentakfiran oleh tokoh wahabi ini kepada Imam Bukhori dan warga palestin?
Mari ki

Jauhi Sikap Kaku Dan Angkuh

Berawal dari cara pandang dalam beragama yang senantiasa monoton pada kaidah "kebenaran hanya satu sedang kesesatan jumlahnya banyak" kaidah ini berasal dari pemahaman salafi terhadap hadits Rosulullah SAW, Rosulullah Bersabda "inilah jalan Allah Yang lurus" lalu beliau SAW membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri kemudian beliau bersabda "inilah jalan yang begitu banyak yang bercerai berai, atas setiap jalan itu terdapat syetan yang mengajak ke arahnya" kemudian Nabi membaca Ayat "dan (Katakanlah) sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan jalan itu akan mencerai beraikanmu dari jalan'Nya, yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa (QS: Al an'am : 153) (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim)

Kita heran kepada kaum yang menamakan dirinya salafi yang lalu serta merta memproklamirkan bahwa golongannya saja yang dimaksud hadits Rosul SAW itu sehingga selalu melihat sebelah mata terhadap ummat muslim lainnya yang berseberangan faham dengan mereka walaupun sejatinya muslim yang lain juga pengikut jelas dari 4 madzhab yang mu'tamad yang para Imamnya tidak pernah mengatakan dirinya paling benar, karena kebenaran hanya milik Allah dan Rosulnya, maka Imam Abu Hanifah rahimahullah mengatakan: "tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu darimana kami mengambil sumbernya". Imam Syafi'i RA berkata: "bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan hadits Rosulullah SAW maka peganglah hadits Rosulullah SAW itu dan tinggalkan pendapatku". Imam Ahmad Bin Hambal berkata: "janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Auza'i dan Imam Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil.
Begitulah sikap para Imam Madzhab menganjurkan untuk tidak merasa paling benar sendiri dan tidak taqlid kepada satu golongan saja, dan para Imam madzhab itulah salafus soleh yang benar.
Sungguh Allah telah mengajari kepada kita bahwa diatas kebaikan itu ada kebaikan lagi, agar supaya kita tidak mendahului kebenaran'Nya yang hanya dengan prasangka semata, bagaimana sikap para malaikat yang akhirnya menerima penciptaan kholifah (adam: pent) di muka bumi walau sebelumnya mereka berprasangka bahwa merekalah hamba terbaik ciptaan Allah: "ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah di muka bumi, mereka berkata: mengapa Engkau hendak menjadikan (kholifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kau ketahui" ( al baqoroh: 30).
Di dalam ayat itu jelas bahwa malaikat mengingkari adanya kebaikan yang akan diperbuat oleh manusia, penilaian ini lahir karena sikap merasa paling sempurna dalam penghambaannya kepada Allah, nah sikap merasa paling sempurna/benar akan menutup semua pintu penilaian baik terhadap orang/golongan lain yang pada gilirannya akan mengklaim dengan prasangka bahwa selain golongan mereka adalah salah dan sesat.
Dari sini kita belajar bahwa sikap merasa paling benar akan membawa kita pada keadaan yang sebaliknya, dan ini sikap salafi yang dengan sendirinya menyeret mereka pada keadaan yang justru menelanjangi karakter kekerdilannya dalam berfikir, bersikap dan beragama. Wallahu a'lam bishowab.

Virus Penghalang Keselamatan Dunia Akhirat

Berkata al imam as shuufi az zaahid as syaikh syaikh Arifin Abu Muhammad Sahal Bin Abdullah Bin Yunus At tustariy "tidaklah seorang hamba bermaksiat kepada Allah dengan sesuatu yang lebih besar/dahsyat dari kebodohannya. Dikatakan kepadanya, "wahai Abu Muhammad adakah sesuatu yang lebih besar bahanya dari kebodohan itu? Ia menjawab "iya ada, yaitu bodoh terhadap kebodohannya (tidak tahunya seseorang terhadap kebodohannya sendiri)" (manhaj sawiy ala toriqoti sadati ali ba alawi)
berkata Imam Ghazali rahimahullah "tidak tahu akan kebodohannya sendiri membuat orang tertutup dari seluruh pintu ilmu, karena barang siapa yang mengira dirinya tahu/pintar bagaimana ia mau untuk belajar? Begitu juga sebaik baiknya keta'atan pada Allah yaitu dengan ilmu, dan puncak ilmu adalah al 'ilmu bil 'ilmi (mengetahui akan pengetahuannya) sebagaimana puncaknya kebodohan adalah al jahlu bil jahli (tidak mengetahui kebodohannya)".
Berkata Al imam Al allamah Abu Abdi rohman Al kholil Bin Ahmad Al farahidiy (termasuk pembesarnya ilmu bahasa dan adab, beliau adalah guru dari Imam Sibawaih An nahwi) "manusia terbagi menjadi 4 golongan :
1. Orang yang tahu, dan tahu bahwa dirinya tahu, itulah orang alim yang harus kau ikuti.
2. Orang yang tahu, dan iya tidak tahu kalo dirinya tahu, itulah orang yang lalai, maka sadarkanlah dia.
3. Orang yang tidak tahu, dan dia tahu kalo dirinya tidak tahu, itulah orang yang butuh bimbingan, maka bimbinglah dia.
4. Orang yang tidak tahu, dan iya tidak tahu kalo dirinya tidak tahu, itulah orang yang bodoh/dungu/jumud maka larilah kalian darinya.
Berkata As syaikh Al imam Abdullah Bin Alawi Al haddad rahimahullah "sesungguhnya orang yang beribadah kepada Allah dengan kebodohan bahayanya lebih besar atas dirinya daripada manfa'at yang dihasilkannya. Dan berapa banyak orang yang telah lelah beribadah siang dan malam tapi masih melakukan kemaksiatan dan dia berfikiran jika dia telah melakukan keta'atan. (kitab risalah al mu'awanah)
Diriwayatkan oleh Syaikh Al arif billah Al waliyyu Al kabir Muhammad Bin Arobi Al hatimi At thaa'i Al andalusi rahimahullah, beliau terkenal dengan gelar Sultanul arifin "Dari seorang penduduk maghribi, dia telah bersusah payah dalam kesungguhannya beribadah, suatu hari ia membeli keledai betina dan tidak dipergunakan untuk kepentingan apapun, maka bertanyalah seseorang kepadanya perihal apa ia mengurung keledai betina itu, menjawablah sang ahli ibadah itu "sesungguhnya aku mengurung keledai betina itu untuk menjaga kemaluanku" dia tidak tahu jika mendatangi hewan (ML) itu haram, maka setelah diberitahukan bahwa perbuatan itu haram, maka sang ahli ibadah menangis sejadi jadinya. (kitab futuuhaatul makkiyah bab washoya)

Kamis, 12 November 2009

ARTI LAPAR BAGI PARA IMAM

Imam syafi'i rahimahullah berkata: "saya tidak pernah merasa kenyang semenjak 60 tahun kecuali kenyangnya pada suatu saat yang langsung aku muntahkan, karena kenyang akan memberatkan badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, mengundang kantuk dan membuat manusia lemah dalam beribadah"

berkata Lukman Al hakim alaihi salam: "wahai anakku, ketika perut penuh makanan, maka tertidurlah pikiran kita, tertutup dari hikmah, dan melemahkan anggota badan dalam beribadah"

Sahabat Ali Bin Abi Tholib karromallahu wajhah, berkata: "tidaklah aku pernah merasa kenyang kecuali aku telah bermaksiat atau telah menyambut maksiat"