Kamis, 03 Desember 2009

21 Pertanyaan Pokok Dalam Menyoal Tashawwuf Dan Sufisme part (I)

Saudaraku...

jika kalian memandang maka gunakanlah keseimbangan dalam islam, iman dan ihsan... Sungguh sangat disayangkan bagi generasi muslim sekarang yang hatinya redup dari Nur Al basyiroh, Bukankah akal kita terbatas dalam mema'nai himah? bukankah seharusnya islam tidak pernah terlepas dari unsur iman dan ihsan? lalu apakah islam hanya sebuah kulit tanpa eksistensi? sebuah pribadi tanpa jiwa? sebuah baju tanpa raga? dibawah ini saya akan mencoba menguraikan beberapa pertanyaan kontemporer menyoal tashawwuf dan sufisme nuqilan dari kitab "Abjadiyah At tashawwufi Al islam Ba'du Ma lahu Wa Maa Alaihi"

Saudaraku...

Apakah maksud tashawwuf yang islami?
Apakah tashawwuf merupakan perbuatan yang telah terbiasa (berlaku) pada masa Rosulillah SAW?
Kenapa ta'rif tashawwuf senantiasa berbeda beda?
Mengapa tashawwuf tidak mempunyai persamaan dalam batasan sumbernya?

Saudaraku...

Maksud dari tashawwuf yang islami dapat diketahui dari beberapa devinisi yang banyak tak terbatas pada satu pengertian yang kesemuanya terangkum dalam kalimat; MENGHINDARI PERBUATAN YANG HINA DAN BERPAKAIAN DENGAN KEBAIKAN DENGAN MENGACU PADA MARTABAT TAQORRUB DAN KESUDAHAN YANG HAKIKI, TASHAWWUF ADALAH MENGEMBALIKAN FITRAH PADA PEMBENTUKAN PRIBADI DAN KETERIKATAN DENGAN SANG PENCIPTA DALAM SETIAP PIKIRAN, PERKATAAN, AMAL PERBUATAN, NIYAT DAN DISETIAP KEDUDUKAN KEMANUSIAAN DALAM KEHIDUPAN SECARA GLOBAL.
Atau kalimat di atas dapat diringkas lagi dengan kalimat TAQWA DALAM KELEMBUTAN YANG SEIMBANG PADA YANG TERSURAT DAN TERSIRAT, dan taqwa itu sendiri adalah bentuk dari aqidah, akhlaq dalam muamalah ma'a Allah dengan ibadah yang baik dan benar, dan muamalah sesama makhluq dengan kelembutan akhlaq, tolak ukur ini adalah pelajaran yang telah diturunkan berupa wahyu atas setiap Nabi Allah dan kepadanya bersumber hak hak kemanusiaan yang tinggi di dalam islam.
Adapun ruhnya Taqwa adalah PENYUCIAN sebagaimana tersurat dalam ayat 14 surat al a'la:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri , dan surat asyams: 9 :
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

Saudaraku...

Dengan ma'na di atas dapatlah anda meyakini bahwa tashawwuf telah menjadi sunnah pada masa Rosulullah, shahabat, tabi'in dan generasi setelahnya.

Saudaraku....

renungi surat ali imron ayat 79 :
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya". dengan bagian bagian yang terdapat pada taqwa dalam apa yang telah didatangkan melalui wahyu dan sunnah merupakan jawaban dari maqom rabbaniyatu al islam.

Saudaraku...

Apabila disana terdapat ta'rif yang berbeda beda mengenai Tashawwuf itu dikarenakan maqom para sufi yang berbeda beda dalam jenjang suluk pada Tuhannya, setiap mereka memberikan devinisi sesuai maqom pada tingkatannya dan itu tidak bertentangan dengan maqom maqom baik yang diatas atau dibawahnya, semua tetap mengacu pada penyucian diri dan taqwa pada Allah (Rabbaniyatu Al islam) sebagaimana firman Allah pda surat adzariyat : 5: Maka segeralah kembali kepada Allah.
maka natijah dari semua ta'rif itu tetap merupakan satu ma'na yang saling melengkapi satu sama lain.

Saudaraku...

Apabila ada yang mengatakan bahwa tashawwuf mempunyai perbedaan dalam batasan sumbernya maka itu adalah ungkapan makar atau tipu daya dari musuh musuh Allah, karena tashawwuf tidak pernah lepas dari istilah rabbaniyatu al islam baik dalam taqwa atau tazakka dan itu merupakan ibadah, akhlaq budi pekerti, da'wah, sikap berhati hati, berazam dengan sungguh hati, dan pertalian dengan Dzat Yang Maha Tinggi, maka siapakah yang mengatakan pengertian ini bukan dari bersihnya ajaran islam????

Saudaraku...

Saya tutup jawaban untuk membungkam para pencaci dan penghina tashawwuf dengan kalimat "MENGHUKUMI SUATU PERKARA DENGA SESUATU YANG MASUK KEDALAMNYA ADALAH SALAH DAN MENGHUKUMI SECARA KESELURUHAN DENGAN PERBUATAN SEGELINTIR KESALAHAN PRIBADI YANG DISANDARKAN PADANYA ADALAH KEDZOLIMAN YANG BESAR" apakah masuk akal bila muslim harus meninggalkan islam karena ada pribadi atau oknum yang berbuat salah dalam islam dengan kebiasaan bermabok mabokan, zina, atau menhalalkan sesuatu yang telah diharomkan Allah??? dan apakah amalan para juhala itu menjadi dalil bahwa islam bukan agama dari sisi Allah? mari tafakkuri dan tadabburi kesalahan ini wahai saudaraku sekalian... Wallahu a'lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar