Kamis, 03 Desember 2009

21 Pertanyaan Pokok Dalam Menyoal Tashawwuf Dan Sufisme part (II)

{A}Siapakah sufi itu?
{B}Mengapa dia lain dri muslim lainya?
{C}Apakah disana ada perbedaan diantara sufi dan taqwa, mu'min, muslim dan siddiq?
{D}Jika memang tidak ada perbedaan mengapa harus ada penggunaan istilah itu?

{A}Saudaraku... ketahuilah, bahwa engkau dapat untuk mengartikan sufi yang benar sebagai sosok muslim yang punya tauladan, dan para iamam dalam dunia tashawwuf telah sepakat bahwa sesungguhnya tashawwuf itu adalah alqur'an dan sunnah, dalam kemurnian, kebijaksanaan, lemah lembut, ihtiyath (sikap hati hati) dan para imam tashawwuf slalu mensyaratkan pada pada murid-muridnya (yang menghendaki jalan tashawwuf) untuk mengamalkan firman Allah dalam surat Ali Imron : 79:



“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi : "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”

Saudaraku... dalam prinsip mutashowwifin selalu mendahulukan ilmu, dan ilmu agamalah yang menjadi sandarannya (alkitab dan sunnah) kemudian dari keduanya inilah yang akan menjadi poros sumbernya stiap ilmu kemanusiaan yang bermanfaat di atas kedudukan yang sempurna dan sampai pada sumber daya manusia yang mumpuni serta menjadi tuntutan perkembangan hidup.

Saudaraku... maka dengan tela'ah diatas bisa kita simpulkan bahwa tashawwuf adalah rabbaniyatu al islam (tauladan: pent) yanng di dalamnya terkumpul penuh keseimbangan natara agama dan dunia, sebagaimana yang dikatakan oleh As syaikh syihabuddin Abu Hafsin umar bin Muhammad as sahrawardi – rahimahullah- “ sesungguhnya sufi itu adalah orng yang menempatkan segala sesuatu pada tempatnya dan mengatur waktu dan ksempatan untuk slalu beramal, menempatkan kedudukan manusia pada kedudukannya dan menempatkan kebenaran pada porsinya, menutup apa yang yang patut untuk disembunyikan dan menampakkan apa yang sepatutnya untuk ditampakkan, mendatangkan perkara dari tempatnya dengan tela'ah aqliyah, tauhid yang benar, pengetahuan yang sempurna, menjaga dari kedustaan dan ikhlas dalam segala hal.

Dari itu berkata salah seorang Imam mutashowwifin (Syaikh Al junaid Al baghdadi) “barang siapa yang belum mendapatkan pemahaman terhadap alquran dan al hadits maka dia bukanlah sufi” dan semua imam mutashowwifin sepakat atas prinsip dasar dia atas baik dari golongan mutaqoddimin atau mutaakhirin.

{B}Saudaraku.... kenapa kaum sufi sering dianggap nyleneh atau aneh lain daripada yang lain? Ketahuilah bahwa qaidah islam adalah ''amal perbuatan'' maka bila seorang sufi bramal dengan tuntutan pekara yang jelas seperti tauladan dan dakwah maka dia akan dibedakan dengan yang lain menurut takaran kesungguhannya, dan bila sufi menempatkan kedudukan khilaful aula (hukum di atasnya makruh) sampai pada martabat haram maka itu sebab sikap kehati-hatiannya sebagaimana yang telah dilakukan oleh salafu soleh, mereka berbuat demikian karena takut jatuh pada perkara haram.
Allah berfirman dalam surat Al ahqof: 19:



“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.”

{C-D} Saudaraku... adapun masalah perbedaan antara istilah sufi, muslim, mu'min dan taqwa karena sesungguhnya islam telah mensyari'atkan untuk kita dengan berbagai kekhususan ta'rif atau devinisi kedudukan manusia, Allah telah menyebut kaum muhajirin dan anshor, dengan istilah yang khusus dari keduanya sebagai ta'rif pembeda kedudukan mereka, dan mereka sama muslim, mu'min min ahli taqwa, dan Rosulullah menyebut para sahabat dengan istilah yang berbeda-beda sesuai kekhususan mereka, seperti alruumi, al farisi dan lain sebagainya, tapi sahabat semua sama muslim, mu'min, muttaqin, dan Alquran telah menyebut bagian bagian dalam istilah untuk seserang yang muslim dengan kata khosyi'in (yang khusyu), qonitin (yang selalu taat), ta'ibin (yang taubat), hamidin (yang memuji), sa'ihin (yang mengembara dalam beribadah) dan lain sebagainya, yang semua itu Allah sematkan pada hamba-Nya dari golongan ahli “laa Ilaaha Illa Allah”, lalu apakah perbedaan istilah itu menjadikan mereka bukan muslim, mumin dan muttaqin??? begitu juga istilah sufi yang lahir beberapa waktu ssetelah kenabian tidaklah akan merobah kedudukan muslim, mu'min dan muttaqin, karena semua itu hanya disandarkan pada tingkat dan derajat amal (perbuatan)seseorang, jadi kesimpulannya penyebutan manusia dengan kehususan amalan merupakan sesuatu yang ma'ruf ditengah umat islam karena itu adalah sunnah qurani dan sunnah nabawi dan bukan bid'ah dalam penggunaan istilah itu (sufi)

lalu kenapa isu besar hanya menyoal kata sufi? Kenapa bukan menerpa dalam istilah salafi? Syafi'i? Wahabi? Azhari? Golongan ini dan itu? Ketahuilah bahwa sesungguhnya masalah di atas (pengunaan istilah sufi) itu lebih sederhana dari sesuatu yang harus dipertanyakan, dan tidaklah keluar pertanyaan seperti itu kecuali dari jiwa yang telah terpatri kuat ashobiyah pada madzhab atau golongan. Sadarkah kalian wahai saudaraku....??? jika dengan tulisan ini anda belum sadar dalam menyoal kata tashawwuf dan istilah sufi maka titik hitam di hati anda lebih besar dari cahaya hidayah yang Allah titipkn, wal 'iyadzu billah. Wallahu a'lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar