Selasa, 08 Desember 2009

Aqidah (Tauhid) Para Imam Tashawwuf

Bismillahirrohmaanirrohiim.wa ba'du

Pembahasan kali ini saya tujukan kepada sebagian orang (kaum yang meragukan tauhidnya para imam mutashowwifin) atau bagi mereka yang membenci tashawwuf dan sekaligus sebagai pemantapan tauhid bagi yang belum memahami tauhid ahlu sunnah wal jama'ah, semoga kita slalu mendapatkan bimbingan dari hidayah Allah dalam menjaga tauhid kita pada-Nya hingga maut menjemput tetap terpatri kuat kalimat “LAA ILAAHA ILLA ALLAH MUHAMMADU ROSULULLAH”.

Saudaraku.... cermatilah ayat ini “ jangan kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak ada ilmu (pengetahuan) tentang itu, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan dipertanggung jawabkan (di akhirat). (Q.S. Al isra: 36) dalam pembahasan kali ini adalah salah satu dari sendi yang fundamental di dalam islam (tauhid) maka perhatikan dengan baik, karena aqidah merupakan asas seorang muslim dalam bertindak dalam kebaikan atau bahkan kejahatan sesuai dengan kebenaran atau kesesatan aqidahnya.

Saudaraku... ketahuilah, sesungguhnya ni'mat dan anugrah yang terbesar dan termulia adalah tauhid (meng-Esakan Allah) itulah anugrah yang paling bermanfa'at bagi ahli dunia dan akhirat, dan bagi orang yang mendapat ni'mat tauhid dan dimuliakan dengannya hendaklah mengetahui qadar ni'mat tersebut untuk dapat selalu menjaga dan mensyukurinya dengan senang hati, dan sepatutnya agar slalu meningkatkan kekuatan dan ketetapan tauhid itu pada dirinya dengan slalu melanggengkan akhlak budi pekerti dan amal soleh, dan menjaga keta'atan murni yang merupakan cabang cabang dari tauhid serta buahnya iman, dengan menjauhi perkara yang bertolak belakang seperti kejelekan adab dan kemungkaran amalan.

Saudaraku... ingatlah firman Allah [ar ruum :10] Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya. Dan sabda Rosulullah dalam hadits shohih: “tidaklah seseorang pezina pada waktu bezina dia dalam keadaan beriman, dan tidaklah mencuri seorang pencuri pada saat bersamaan dalam keadaan beriman dan tidaklah seorang peminum itu pada waktu meminum khamr dalam keadaan beriman.” sungguh ini merupakan petunjuk bagi kita bahwa kemungkaran tidak akan terjadi sehingga waktu itu juga keimanan kita dilepas oleh Allah. Wal 'iyadzu billah jika Allah mencabut nyawa kita pada sa'at hati kita terlepas dari keimanan kepada-Nya dan tanpa adanya tauhid meng-Esakan-Nya..

Saudaraku... Sesungguhnya Tauhid itu adalah kewajiban pertama yang diserukan oleh para rasul, yang merupakan pondasi da'wah mereka, Allah swt berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah taghut" (An-Nahl:36), Dan tauhid itu adalah merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-Nya, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Mu'adz ra berkata: "Rasulullah saw bersabda:'Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain'.
Sesungguhnya Tauhid itu adalah kewajiban pertama yang diserukan oleh para rasul, yang merupakan pondasi da'wah mereka, Allah swt berfirman: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah taghut" (An-Nahl:36), Dan tauhid itu adalah merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-Nya, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Mu'adz ra berkata: "Rasulullah saw bersabda:'Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain'. Maka barangsiapa yang mengamalkan tauhid akan masuk surga, dan barangsiapa yang mengamalkan dan menyakini hal-hal yang bertentangan dengannya, maka ia termasuk penghuni neraka. Dan karena tauhid itu pulalah para rasul diperintahkan untuk memerangi kaumnya hingga mereka meyakininya, sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Saya diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah."[H.R. Bukhari-Muslim]

Baiklah kiranya dengan ayat dan hadits di atas kita dapat membuka aqidah pentingnya tauhid bagi muslim yang beriman, berkata imam Abu Al qasim alqusyairi: sesungguhnya Allah SWT itu ada, sedia, Esa, yang menghakimi, berkuasa, mengetahui, menguasai, maha penyayang , berkehendak, mendengar, yang maha mulia, yang maha tinggi, yang dapat berkata kata, yang maha melihat, yang memiliki segala keagungan, yang maha berkuasa menentukan, hidup, yang esa tidak ada penyerupaan, kekal, berdiri sendiri, Allah maha mengetahui dengan ilmunya, Allah maha berkuasa dengan kekuasan-Nya, Allah maha berkhendak dengan kehendaknya, maha mendengar dengan pendengaran, berkata kata dengan kalam, hidup dengan kehidupan, kekal dalam kekekalan.

Berkata Al junaid Al baghdadi: sesungguhnya permulaan ibadah (penyembahan) pada Allah adalah ma'rifah (mengenal Allah), dan asal ma'rifat itu adalah tauhid (meng-Esakan-Nya), dan aturan dalam tauhid hendaklah meniadakan sifat bagaimana Allah, kenapa, dan dimana Allah. Tauhid akan Allah berarti mempercayai dengan keyakinan tentang-Nya (sifat sifat wajib dan mustahil bagi Allah tanpa takyif dan tamsil.

Saudaraku... ketahuilah bahwa penjelasan seperti ini dituturkan oleh para ulama Ahlu Sunnah Wal jama'ah seperti Imam Al ghazali (tuwufiya: 505 H.) dalam Ihya Uluumi Ad din, Al imam mutawalli (tuwufia: 478 H.) dalam kitabnya al ghunyah, Al imam Nawawi (tuwufia: 676 H.) dalam kitabnya syarh shohih muslim, Al imam Taqiyuddin Assubki (tuwufia: 756 H.) dalam kitabnya As syaf as shaqil, mereka semua tidak ada yang membenarkan aqidah wahdatul wujud yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-Nya atau pengikut faham Hulul yang berkeyakinan bahwa Allah menempati Makhluk-Nya, juga perkataan para imam mutashowwifin seperti imam Al junaid Al baghdadi (tuwufia: 297 H.), Al imam Ahmad Ar rifa'i (tuwufia: 578 H), Syaikh Abdul Qadir Al jailani (tuwufia : 561 H.) dan semua imam tashawwuf sejati, mereka selalu memperingatkan umat akan orang orang yang berdusta sebagai pengikut tarekat tashawwuf sejati dengan meyakini aqidah wahdatul wujud dan hulul, hadzaa buhtaanul adzim (ini kedustaan yang besar) wahai saudaraku.

Saudaraku... ahlu sunnah dan para sufi menentang faham hulul dan wahdatul wujud,
Ahlussunnah Wal Jama'ah mengatakan: “Sesungguhnya Allah tidaklah bertempat pada sesuatu, tidak terpecah dari-Nya sesuatu dan menyatu dengan-Nya sesuatu, Allah serupa dengan sesuatupun dari makhluk-Nya.”

Saudaraku... Syaikh Abdul ghani An nabulsi di dalam kitabnya al faidhu ar rabbani berkata:
“Barang siapa yang mengatakan bahwa Allah terpisah dari-Nya sesuatu, Allah menempati sesuatu, maka dia telah kafir”


Al imam Ahmad Bin Hambal dan Imam Dzun nun al Misri (W. 245 H.) seorang murid terkemuka Imam Malik, menuturkan kaidah dalam ilmu tauhid: “Apapun yang terlintas dalam benak kamu (tentang Allah) maka sesungguhnya Allah tidak seperti itu (gambaranmu)”.


AL imam Al juanid Al baghdadi berkata: “ Seandainya aku seorang penguasa niscaya aku penggal setiap orang yang berkata tidak ada yang maujud (ada) kecuali Allah” (dinuqil oleh Imam syaikh Abdul Wahhab As sya'rani dalam kitabnya Al yawaqit Wal Jawahir)


Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi mengatakan: “Tidak akan mempercayai (mengimani) aqidah wahdah al wujud kecuali para mulhid (atheis) dan barang siapa yang meyakini hulul maka agamanaya rusak” dan perlu diketahui oleh saudaraku semua bahwa perkataan perkataan yang ada dalam kitabnya Ibnu Arabi tentang hulul dan wahdatul wujud merupakan sisipan dusta yang dinisbatkan kepadnya oleh orang orang yang ingin menghancurkan sendi sendi aqidah islam.

Saudaraku.. inilah kebenaran yang tak terbantahkan, cukup jelas aqidah para imam mutashowwifin terhadap sifat sifat wajib yang 20 bagi Allah dan yang mustahil, begitu juga aqidah ahlu sunnah, justru sekarang yang menjadi pertanyaan adalah tauhid yang dikibarkan oleh sekte... dari timur tengah (ga perlu saya sebutkan) tentang pembagiannya terhadap 3 macam (tauhid rububiah, tauhid uluhiah dan tauhid asma wa sifat) saya katakan ini tidak pernah di ajarkan oleh salafu soleh, (tapi mereka mengaku pengikut manhaj salafi?) tauhid model ini sangat mengundang kerancuan, yang mana orang kafir dianggap beriman dengan tauhid rububiyyah, loh kok bisa padahal hadits sohih dari Rosulullah telah pertegas kedudukan orang yang bermaksiat saja telah keluar iman dari hatinya apalagi orang yang telah kafir??? Keimanan bersatu dengan kekufuran? Mungkinkah?Ingin tahu selengkapnya? Tunggu murosalah selanjutnya. Wallahu a'lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar